Kamis, 18 Desember 2014
Selasa, 16 Desember 2014
Sebulan, 206 Kali Sinabung Semburkan Awan Panas
Selasa, 4 November 2014 | 21:29 WIB
Gunung Sinabung mengeluarkan lava pijar bersama guguran awan panas terlihat dari Desa Tiga Pancur, Tanah Karo, Sumut, Kamis (10/9/2014). Aktivitas Gunung Sinabung sepekan terakhir masih mengalami peningkatan ditandai dengan keluarnya lava pijar dan guguran awan panas.
KOMPAS.com - Aktivitas Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, belum menunjukkan tanda mereda. Sebulan terakhir, Pos Pengamatan Erupsi Gunung Sinabung mencatat 206 kali guguran awan panas dengan panjang 500-4.500 meter.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Sinabung Armen Purba yang dihubungi dari Medan, Senin (3/11/2014), mengatakan, penghitungan dilakukan sejak 5 Oktober hingga Senin pukul 18.00. ”Aktivitas menunjukkan Sinabung masih produktif,” katanya.
Aktivitas yang tinggi itu menjadikan suara gemuruh terus terjadi dan terdengar warga di sekeliling Sinabung. Suara gemuruh Senin kemarin bahkan terdengar hingga Pos Pengamatan Gunung Sinabung, sekitar 6 kilometer dari puncak.
Kepala Subbidang Pengawasan dan Penyelidikan Gunung Api Wilayah Barat Hendra Gunawan mengatakan, awan panas guguran Oktober-November ini berbeda pola dengan Januari lalu saat status Sinabung Awas.
Awan panas terjadi karena pembentukan kubah lava di bibir kawah. Begitu ada penambahan lava, terjadi guguran. Aktivitas juga relatif menurun dibandingkan Januari. Data juga menunjukkan deformasi gunung stabil.
Itu berbeda dengan pola awan panas Januari lalu ketika awan panas muncul dibarengi pembentukan lidah lava. Pertumbuhan kubah lava saat itu tinggi dan intensitasnya bisa 80 kali sehari. Dua minggu terakhir, rata-rata kurang dari 10 kali sehari.
”Sampai hari ini, pola Sinabung masih kami amati. Kami belum tahu seperti apa karena Sinabung baru aktif tahun 2010,” tutur Hendra. Sementara tahun lalu terjadi letusan eksplosif yang didahului letusan freatik. Hingga kini, Pemerintah Kabupaten Karo masih menetapkan masa tanggap darurat erupsi Sinabung hingga 19 November 2014.
Sementara itu pembangunan akses masuk ke lokasi relokasi bagi 370 keluarga warga Desa Sukameriah, Bekerah, dan Simacem pada radius 3 kilometer dari puncak di kawasan Siosar, Kecamatan Merek, sudah berlangsung. TNI mendatangkan peralatan pembuka jalan.
Besok Rabu, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Letnan Jenderal Gatot Nurmantyo akan membuka resmi TNI Manunggal Masuk Desa untuk membangun akses masuk relokasi di Bukit Duaribu, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo. (WSI/KOMPAS CETAK)
Kepala Pos Pengamatan Gunung Sinabung Armen Purba yang dihubungi dari Medan, Senin (3/11/2014), mengatakan, penghitungan dilakukan sejak 5 Oktober hingga Senin pukul 18.00. ”Aktivitas menunjukkan Sinabung masih produktif,” katanya.
Aktivitas yang tinggi itu menjadikan suara gemuruh terus terjadi dan terdengar warga di sekeliling Sinabung. Suara gemuruh Senin kemarin bahkan terdengar hingga Pos Pengamatan Gunung Sinabung, sekitar 6 kilometer dari puncak.
Kepala Subbidang Pengawasan dan Penyelidikan Gunung Api Wilayah Barat Hendra Gunawan mengatakan, awan panas guguran Oktober-November ini berbeda pola dengan Januari lalu saat status Sinabung Awas.
Awan panas terjadi karena pembentukan kubah lava di bibir kawah. Begitu ada penambahan lava, terjadi guguran. Aktivitas juga relatif menurun dibandingkan Januari. Data juga menunjukkan deformasi gunung stabil.
Itu berbeda dengan pola awan panas Januari lalu ketika awan panas muncul dibarengi pembentukan lidah lava. Pertumbuhan kubah lava saat itu tinggi dan intensitasnya bisa 80 kali sehari. Dua minggu terakhir, rata-rata kurang dari 10 kali sehari.
”Sampai hari ini, pola Sinabung masih kami amati. Kami belum tahu seperti apa karena Sinabung baru aktif tahun 2010,” tutur Hendra. Sementara tahun lalu terjadi letusan eksplosif yang didahului letusan freatik. Hingga kini, Pemerintah Kabupaten Karo masih menetapkan masa tanggap darurat erupsi Sinabung hingga 19 November 2014.
Sementara itu pembangunan akses masuk ke lokasi relokasi bagi 370 keluarga warga Desa Sukameriah, Bekerah, dan Simacem pada radius 3 kilometer dari puncak di kawasan Siosar, Kecamatan Merek, sudah berlangsung. TNI mendatangkan peralatan pembuka jalan.
Besok Rabu, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Letnan Jenderal Gatot Nurmantyo akan membuka resmi TNI Manunggal Masuk Desa untuk membangun akses masuk relokasi di Bukit Duaribu, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo. (WSI/KOMPAS CETAK)
sumber : http://sains.kompas.com/read/2014/11/04/21294191/Sebulan.206.Kali.Sinabung.Semburkan.Awan.Panas
| Editor | : Yunanto Wiji Utomo |
Alam Semesta Kaya Bintang Tunawisma
Jumat, 7 November 2014 | 20:23 WIB
KOMPAS.com — Selama ini, ilmuwan cenderung menganggap bahwa zona antar-galaksi adalah ruang kosong tanpa bintang. Kini, ilmuwan terpaksa mengubah pandangannya.
Riset terbaru yang dipublikasikan di jurnal Science, Jumat (7/11/2014), menunjukkan bahwa ada bintang-bintang yang tak berumah berada di zona antar-galaksi.
"Mungkin juga ada manusia di sana," kata Harvey Moseley, astrofisikawan Goddard Space Flight Center, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), yang terlibat dalam riset.
Kesimpulan bahwa zona antar-galaksi juga kaya bintang didapatkan setelah astronom menganalisis data misi Cosmic Infrared Background Survey (CIBER) antara tahun 2010-2012.
Wahana CIBER diterbangkan ke luar angkasa dan diberi tugas mengintai lima petak area di angkasa, masing-masing selama semenit, guna mengumpulkan sebanyak mungkin cahaya kosmos.
Untuk mengatasi bias hasil pengamatan karena faktor waktu penerbangan misi, CIBER melakukan misi pengintaiannya beberapa kali dalam setahun.
CIBER sendiri memang dirancang untuk melihat fluktuasi cahaya inframerah yang berguna untuk mengetahui galaksi-galaksi pertama di alam semesta.
Cahaya dari galaksi-galaksi awal di alam semesta punya panjang gelombang mendekati inframerah sebab pengaruh semesta yang mengembang.
Saat menganalisis data CIBER, Moseley, Michael Zemcov dari California Institute of Technology (Caltech) yang memimpin riset, dan rekannya Jamie Bock merasa terkejut.
Mereka mendapati, cahaya yang datang ternyata tak cukup mendekati inframerah. Dengan demikian, sulit untuk mengatakan bahwa cahaya itu berasal dari galaksi yang tua.
Bock berargumen, cahaya itu berasal dari galaksi yang lebih modern dan letaknya lebih dekat dengan Bimasakti.
Ilmuwan kemudian menganalisis data lagi. Hasilnya, cahaya yang ada ternyata lebih banyak dari galaksi yang telah diketahui saat ini.
Artinya, cahaya itu memang berasal dari ruang antar-galaksi, dari bintang-bintang yang mengambang di sana.
"Bintang-bintang itu menghasilkan cahaya kosmos yang sama banyak dengan galaksi. Ini mengagumkan," ungkap Bock seperti dikutip Nature, Kamis (6/11/2014).
Bock menduga, bintang-bintang itu sebelumnya ada di dalam galaksi. Namun, karena tabrakan antar-galaksi yang sering terjadi di alam semesta, bintang itu terlempar keluar.
"Jika ini benar, maka ada populasi besar bintang di zona antar-galaksi. Namun, karena sangat redup, kita hanya bisa melihat mereka dalam jumlah besar sekaligus," kata Moseley.
Bock akan menindaklanjuti temuannya dengan menganalisis data CIBER2 yang mengumpulkan cahaya tampak. Ia berharap, data bakal bisa mengungkap jenis bintang yang ada di zona antar-galaksi.
Riset terbaru yang dipublikasikan di jurnal Science, Jumat (7/11/2014), menunjukkan bahwa ada bintang-bintang yang tak berumah berada di zona antar-galaksi.
"Mungkin juga ada manusia di sana," kata Harvey Moseley, astrofisikawan Goddard Space Flight Center, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), yang terlibat dalam riset.
Kesimpulan bahwa zona antar-galaksi juga kaya bintang didapatkan setelah astronom menganalisis data misi Cosmic Infrared Background Survey (CIBER) antara tahun 2010-2012.
Wahana CIBER diterbangkan ke luar angkasa dan diberi tugas mengintai lima petak area di angkasa, masing-masing selama semenit, guna mengumpulkan sebanyak mungkin cahaya kosmos.
Untuk mengatasi bias hasil pengamatan karena faktor waktu penerbangan misi, CIBER melakukan misi pengintaiannya beberapa kali dalam setahun.
CIBER sendiri memang dirancang untuk melihat fluktuasi cahaya inframerah yang berguna untuk mengetahui galaksi-galaksi pertama di alam semesta.
Cahaya dari galaksi-galaksi awal di alam semesta punya panjang gelombang mendekati inframerah sebab pengaruh semesta yang mengembang.
Saat menganalisis data CIBER, Moseley, Michael Zemcov dari California Institute of Technology (Caltech) yang memimpin riset, dan rekannya Jamie Bock merasa terkejut.
Mereka mendapati, cahaya yang datang ternyata tak cukup mendekati inframerah. Dengan demikian, sulit untuk mengatakan bahwa cahaya itu berasal dari galaksi yang tua.
Bock berargumen, cahaya itu berasal dari galaksi yang lebih modern dan letaknya lebih dekat dengan Bimasakti.
Ilmuwan kemudian menganalisis data lagi. Hasilnya, cahaya yang ada ternyata lebih banyak dari galaksi yang telah diketahui saat ini.
Artinya, cahaya itu memang berasal dari ruang antar-galaksi, dari bintang-bintang yang mengambang di sana.
"Bintang-bintang itu menghasilkan cahaya kosmos yang sama banyak dengan galaksi. Ini mengagumkan," ungkap Bock seperti dikutip Nature, Kamis (6/11/2014).
Bock menduga, bintang-bintang itu sebelumnya ada di dalam galaksi. Namun, karena tabrakan antar-galaksi yang sering terjadi di alam semesta, bintang itu terlempar keluar.
"Jika ini benar, maka ada populasi besar bintang di zona antar-galaksi. Namun, karena sangat redup, kita hanya bisa melihat mereka dalam jumlah besar sekaligus," kata Moseley.
Bock akan menindaklanjuti temuannya dengan menganalisis data CIBER2 yang mengumpulkan cahaya tampak. Ia berharap, data bakal bisa mengungkap jenis bintang yang ada di zona antar-galaksi.
sumber :
http://sains.kompas.com/read/2014/11/07/20232521/Alam.Semesta.Kaya.Bintang.Tunawisma
| Penulis | : Yunanto Wiji Utomo |
| Editor | : Yunanto Wiji Utomo |
Ilmuwan Jepang Sukses "Sulap" Tikus Jadi Transparan
Jumat, 7 November 2014 | 21:21 WIB
KOMPAS.com — Ilmuwan Jepang sukses membuat tikus menjadi transparan dengan menghilangkan pigmen yang memengaruhi warna jaringan hewan itu.
Kazuki Tainaka, pemimpin proyek ini, mengatakan bahwa keberhasilan ini akan mendukung penelitian tentang perkembangan embrio, kanker, dan organ dalam.
Embrio, kanker, dan organ dalam bisa dipelajari dalam tiga dimensi tanpa melakukan prosedur pembedahan yang selama ini selalu dilakukan.
Untuk menyulap tikus menjadi transparan, Tainaka dan rekannya dari University of Tokyo dan Japan Science and Technology Agency fokus pada molekul bernama heme.
Heme adalah salah satu penyusun senyawa hemoglobin, pigmen yang membuat darat berwarna merah sekaligus berperan mengangkut oksigen ke sel.
Ilmuwan menyuntikkan cairan dengan kadar garam tinggi, membiarkannya disirkulasikan ke seluruh tubuh tikus lewat jantung. Cairan bakal membuat darah keluar dari pembuluh.
Setelahnya, tikus direndam selama 2 minggu dalam zat kimia yang akan memecah hemoglobin menjadi heme dan globin. Pemecahan bakal membuat tikus menjadi transparan.
Untuk menganalisis organ atau jaringan kanker, ilmuwan bisa menggunakan laser. Laser menembus organ, membuat ilmuwan mampu melihat strukturnya dengan detail.
Tainaka mengatakan, "Mikroskop membuat kita mampu mengamati dengan detail, tetapi juga menghilangkan konteks dari apa yang kita amati."
Dikutip Japan Times, Jumat (7/11/2014), Tainaka mengatakan, metode ini "memungkinkan kita melihat gambarannya lebih besar".
Hiroki Ueda, ilmuwan yang juga terlibat riset ini, mengatakan bahwa metode ini bisa dipakai untuk mempelajari perkembangan embrio, kanker, dan penyakit autoimun.
Diharapkan, dengan metode ini, ilmuwan bisa mengembangkan pengobatan penyakit secara lebih baik.
"Ini juga bisa membantu kita mewujudkan mimpi, membangun sistem biologi dalam level organisme berbasis pada pencitraan seluruh tubuh pada tingkat sel," kata Ueda.
Kazuki Tainaka, pemimpin proyek ini, mengatakan bahwa keberhasilan ini akan mendukung penelitian tentang perkembangan embrio, kanker, dan organ dalam.
Embrio, kanker, dan organ dalam bisa dipelajari dalam tiga dimensi tanpa melakukan prosedur pembedahan yang selama ini selalu dilakukan.
Untuk menyulap tikus menjadi transparan, Tainaka dan rekannya dari University of Tokyo dan Japan Science and Technology Agency fokus pada molekul bernama heme.
Heme adalah salah satu penyusun senyawa hemoglobin, pigmen yang membuat darat berwarna merah sekaligus berperan mengangkut oksigen ke sel.
Ilmuwan menyuntikkan cairan dengan kadar garam tinggi, membiarkannya disirkulasikan ke seluruh tubuh tikus lewat jantung. Cairan bakal membuat darah keluar dari pembuluh.
Setelahnya, tikus direndam selama 2 minggu dalam zat kimia yang akan memecah hemoglobin menjadi heme dan globin. Pemecahan bakal membuat tikus menjadi transparan.
Untuk menganalisis organ atau jaringan kanker, ilmuwan bisa menggunakan laser. Laser menembus organ, membuat ilmuwan mampu melihat strukturnya dengan detail.
Tainaka mengatakan, "Mikroskop membuat kita mampu mengamati dengan detail, tetapi juga menghilangkan konteks dari apa yang kita amati."
Dikutip Japan Times, Jumat (7/11/2014), Tainaka mengatakan, metode ini "memungkinkan kita melihat gambarannya lebih besar".
Hiroki Ueda, ilmuwan yang juga terlibat riset ini, mengatakan bahwa metode ini bisa dipakai untuk mempelajari perkembangan embrio, kanker, dan penyakit autoimun.
Diharapkan, dengan metode ini, ilmuwan bisa mengembangkan pengobatan penyakit secara lebih baik.
"Ini juga bisa membantu kita mewujudkan mimpi, membangun sistem biologi dalam level organisme berbasis pada pencitraan seluruh tubuh pada tingkat sel," kata Ueda.
sumber :
http://sains.kompas.com/read/2014/11/07/21211911/Ilmuwan.Jepang.Sukses.Sulap.Tikus.Jadi.Transparan
| Penulis | : Yunanto Wiji Utomo |
| Editor | : Yunanto Wiji Utomo |
Lalat yang Ini Bermanfaat
Sabtu, 15 November 2014 | 17:07 WIB
BANDARLAMPUNG, KOMPAS.com - PT Gunung Madu Plantation (GMP) Lampung menjadi tuan rumah uji coba mengolahan sampah sisa perkebunan dengan menggunakan tentara lalat hitam (Hermetia illucens) atau lebih dikenal biokonversi black soldier fly (BSF).
"Sampah yang diolah oleh lalat mampu tereduksi sebanyak 80 persen, sisanya akan menjadi larva yang mengandung protein tinggi," kata peneliti BSF Agus Pakpahan, Sabtu (15/11/2014). Dia mengatakan, pengolahan sampah sisa perkebunan memakai teknik biokonversi BSF ini baru kali pertama terlaksana di Lampung..
Menurut Agus, larva lalat yang dihasilkan teknik tersebut dapat dijadikan pakan ternak berprotein tinggi. Adapun bangkai lalat itu dapat dimanfaatkan menjadi bahan bio-plastik, farmasi, dan untuk bahan pembuatan kosmetik.
Sementara itu, Manajer Umum dan Keuangan PT GMP Lampung Gunamarwan, menambahkan, dalam sekali panen perusahaannya menghasilkan 80.000 ton sisa olahan tebu alias blotong. Dia menyambut baik uji coba biokonversi BSF ini, terlebih lagi didapatkan perbaikan kondisi lahan yang signifikan setelah uji coba itu.
"Hasil uji coba metoda biokonversi BSF ini membuktikan mampu meningkatkan (kandungan) nitrogen (tanah) yang semula 0,2 meningkat menjadi 1,2 persen. Selain itu tanah lebih remah dan lapisan olah yang semula 10 cm menjadi 14 cm," tutur Gunamarman.
Selain dipakai untuk menangani blotong, lanjut Gunamarman, pelahan perusahaan itu membiasakan karyawannya memisahkan sampah organik dan anorganik. Sampah organik akan turut diolah menggunakan lalat ini.
"Sampah yang diolah oleh lalat mampu tereduksi sebanyak 80 persen, sisanya akan menjadi larva yang mengandung protein tinggi," kata peneliti BSF Agus Pakpahan, Sabtu (15/11/2014). Dia mengatakan, pengolahan sampah sisa perkebunan memakai teknik biokonversi BSF ini baru kali pertama terlaksana di Lampung..
Menurut Agus, larva lalat yang dihasilkan teknik tersebut dapat dijadikan pakan ternak berprotein tinggi. Adapun bangkai lalat itu dapat dimanfaatkan menjadi bahan bio-plastik, farmasi, dan untuk bahan pembuatan kosmetik.
Sementara itu, Manajer Umum dan Keuangan PT GMP Lampung Gunamarwan, menambahkan, dalam sekali panen perusahaannya menghasilkan 80.000 ton sisa olahan tebu alias blotong. Dia menyambut baik uji coba biokonversi BSF ini, terlebih lagi didapatkan perbaikan kondisi lahan yang signifikan setelah uji coba itu.
"Hasil uji coba metoda biokonversi BSF ini membuktikan mampu meningkatkan (kandungan) nitrogen (tanah) yang semula 0,2 meningkat menjadi 1,2 persen. Selain itu tanah lebih remah dan lapisan olah yang semula 10 cm menjadi 14 cm," tutur Gunamarman.
Selain dipakai untuk menangani blotong, lanjut Gunamarman, pelahan perusahaan itu membiasakan karyawannya memisahkan sampah organik dan anorganik. Sampah organik akan turut diolah menggunakan lalat ini.
| Penulis | : Kontributor Lampung, Eni Muslihah |
| Editor | : Palupi Annisa Auliani |
Rahasia Tidur Nyenyak Ditemukan oleh Ilmuwan Indonesia
KOMPAS.com — Berusaha menutup mata tetapi tetap juga tak bisa tertidur. Begitu terlelap sebentar, ada saja yang lantas membangunkan hingga akhirnya berjuang lagi hanya untuk bisa tidur.
Itu yang mungkin sering dialami banyak orang di perkotaan. Setelah minimal 8 jam bekerja mencari uang, ternyata malamnya masih harus berperang melawan kondisi terjaga agar besok harinya bisa beraktivitas dengan lancar.
Sesuatu yang dibutuhkan banyak orang perkotaan mungkin rahasia untuk tidur nyenyak dan berkualitas. Baru-baru ini, Taruna Ikrar, seorang pakar ilmu saraf asal Indonesia yang kini mengajar dan meneliti di University of California, Irvine, menemukannya.
Dalam publikasinya di Journal Physiology baru-baru ini, Taruna menguraikan bahwa kualitas tidur sangat dipengaruhi oleh keseimbangan hormon, terutama kadar melanin-concentrating hormone (MCH).
Taruna dan timnya melakukan eksperimen dengan tikus yang sudah direkayasa secara genetik.
Rekayasa membuat tikus punya label protein khusus, ZsGreen1 Fluorescent Protein, pada ujung sel saraf penerima rangsang yang mengandung H3R (Histamine Reseptor Nomor 3)
ZsGreen1 adalah protein spesifik berwarna hijau yang bisa merekam kerja sel saraf yang berperan dalam aktivitas terkait senyawa histamin. H3R sendiri adalah ujung sel saraf yang bertugas menerima rangsangan untuk tidur.
Setelah direkayasa secaras genetik, tikus kemudian diinduksi dengan hormon MCH. Tikus lalu diamati dengan laser Photostimulation. Aktivitas sel saraf dipantau secara langsung dengan bantuan elektroda yang telah dipasang pada otak.
"Tikus yang diinduksi dengan MCH dan diberi histamin jenis H3R memperlihatkan aktivitas lebih rendah, lebih mudah tertidur, dan memperlihatkan kondisi kurang aktif jika dibandingkan dengan tikus yang tidak diinduksi," ujar Taruna menguraikan hasilnya.
Berdasarkan hasil penelitian itu, Taruna mengatakan, rahasia untuk tidur nyenyak adalah menjaga keseimbangan aktivitas hormonal tubuh, khususnya MCH, serta menjaga kadar senyawa histamin.
"Keseimbangan tersebut menjadi kunci peningkatan kualitas tidur, dan sekaligus menjadi faktor yang sangat penting terhadap kualitas kehidupan dan kesehatan seseorang," urainya kepadaKompas.com, Sabtu (15/11/2014).
Salah satu kunci untuk menjaga keseimbangan hormon adalah menjaga makanan, berat badan, dan melakukan aktivitas olahraga secara rutin. Konsumsi air sangat memengaruhi keseimbangan MCH.
Manfaat lain dari penemuan ini adalah adanya cara baru untuk membantu orang yang mengalami gangguan tidur.
"Manusia sehat yang mengalami gangguan tidur dapat diobati dengan memberikan obat secara khusus yang memengaruhi reseptor histamin di otak, khususnya reseptor histamin nomor 3 (H3R) sehingga gangguan tidur pada orang tersebut dapat diperbaiki, demikian juga bisa mencegah berbagai efek negatif dari kekurangan tidur," ujar Taruna.
sumber :
http://sains.kompas.com/read/2014/11/17/20272971/Rahasia.Tidur.Nyenyak.Ditemukan.oleh.Ilmuwan.Indonesia
Perasaan Ada Hantu Terletak di Pikiran
Senin, 10 November 2014 | 04:45 WIB
KOMPAS.com — Perasaan adanya hantu—sebuah rasa bahwa seseorang ada di dekat Anda ketika tidak ada seorang pun di ruangan—terletak di pikiran, ungkap sebuah penelitian.
Para ilmuwan mengatakan, mereka telah mengidentifikasi bagian otak yang bertanggung jawab untuk menghasilkan sensasi-sensasi seram.
Dr Giulio Rognini dari Swiss Federal Institute of Technology (EPFL) mengatakan, "Sensasi tersebut sangat jelas. Mereka merasa kehadiran seseorang, tetapi tidak bisa melihatnya."
Dia mengatakan, perasaan seperti itu umum dirasakan oleh mereka yang mengalami kondisi ekstrem, seperti pendaki gunung dan penjelajah serta orang-orang dengan beberapa kondisi neurologis.
Para peneliti meneliti otak dari 12 orang dengan gangguan saraf yang telah dilaporkan merasakan kehadiran hantu.
Mereka menemukan bahwa semua pasien tersebut memiliki beberapa jenis kerusakan di bagian otak yang berhubungan dengan kesadaran diri, gerakan, dan posisi tubuh dalam ruangan.
Otak menjadi bingung
Dalam penelitian lanjutan, para ilmuwan meneliti 48 relawan yang sehat, yang sebelumnya tidak mengalami aktivitas paranormal, dan merancang percobaan untuk mengubah sinyal saraf di wilayah-wilayah tersebut pada otak mereka.
Mereka menutup mata para relawan dan meminta mereka untuk memanipulasi robot dengan tangan mereka. Ketika mereka melakukan ini, robot lain mengikuti gerakan-gerakan ini di punggung para relawan.
Ketika gerakan terjadi di bagian depan dan belakang tubuh relawan pada waktu yang sama, mereka tidak melaporkan ada yang aneh.
Namun, ketika ada jeda antara waktu gerakan, sepertiga dari peserta melaporkan ada kehadiran hantu di ruangan, dan beberapa merasa ada hingga empat penampakan di sana.
Dua dari partisipan merasa sensasi tersebut sangat aneh sehingga meminta agar percobaan dihentikan.
Para peneliti mengatakan bahwa interaksi yang aneh dengan robot untuk sementara mengubah fungsi otak di daerah yang terkait dengan kesadaran diri dan persepsi posisi tubuh.
Tim peneliti percaya ketika orang merasakan kehadiran hantu, otak menjadi bingung: otak salah memahami posisi tubuh dan mengidentifikasi itu sebagai tubuh orang lain.
Hasil penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Current Biology.
Para ilmuwan mengatakan, mereka telah mengidentifikasi bagian otak yang bertanggung jawab untuk menghasilkan sensasi-sensasi seram.
Dr Giulio Rognini dari Swiss Federal Institute of Technology (EPFL) mengatakan, "Sensasi tersebut sangat jelas. Mereka merasa kehadiran seseorang, tetapi tidak bisa melihatnya."
Dia mengatakan, perasaan seperti itu umum dirasakan oleh mereka yang mengalami kondisi ekstrem, seperti pendaki gunung dan penjelajah serta orang-orang dengan beberapa kondisi neurologis.
Para peneliti meneliti otak dari 12 orang dengan gangguan saraf yang telah dilaporkan merasakan kehadiran hantu.
Mereka menemukan bahwa semua pasien tersebut memiliki beberapa jenis kerusakan di bagian otak yang berhubungan dengan kesadaran diri, gerakan, dan posisi tubuh dalam ruangan.
Otak menjadi bingung
Dalam penelitian lanjutan, para ilmuwan meneliti 48 relawan yang sehat, yang sebelumnya tidak mengalami aktivitas paranormal, dan merancang percobaan untuk mengubah sinyal saraf di wilayah-wilayah tersebut pada otak mereka.
Mereka menutup mata para relawan dan meminta mereka untuk memanipulasi robot dengan tangan mereka. Ketika mereka melakukan ini, robot lain mengikuti gerakan-gerakan ini di punggung para relawan.
Ketika gerakan terjadi di bagian depan dan belakang tubuh relawan pada waktu yang sama, mereka tidak melaporkan ada yang aneh.
Namun, ketika ada jeda antara waktu gerakan, sepertiga dari peserta melaporkan ada kehadiran hantu di ruangan, dan beberapa merasa ada hingga empat penampakan di sana.
Dua dari partisipan merasa sensasi tersebut sangat aneh sehingga meminta agar percobaan dihentikan.
Para peneliti mengatakan bahwa interaksi yang aneh dengan robot untuk sementara mengubah fungsi otak di daerah yang terkait dengan kesadaran diri dan persepsi posisi tubuh.
Tim peneliti percaya ketika orang merasakan kehadiran hantu, otak menjadi bingung: otak salah memahami posisi tubuh dan mengidentifikasi itu sebagai tubuh orang lain.
Hasil penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Current Biology.
| Editor | : Hindra Liauw |
| Sumber | : BBC Indonesia |
Apa Jadinya bila Komet Sebesar Siding Spring Menumbuk Monas?
Kamis, 16 Oktober 2014 | 20:14 WIB
KOMPAS.com - Senin (20/10/2014) dini hari mendatang, sebuah komet bakal lewat dekat Mars. Jarak komet bernama C/2013 A1 atau Siding Spring tersebut dengan Mars hanya 131.800 km, sangat dekat dalam skala astronomi.
Dampak di Mars, debu komet bakal menyelimuti planet merah. Debu akan masuk ke atmosfer, berpotensi menimbulkan hujan meteor yang mengagumkan. Pada saat yang sama, wahana manusia yang kini berada di Mars terancam terganggu fungsinya.
Mari berandai-andai, bagaimana bila komet Siding Spring yang punya diameter 700 meter itu mendekati Bumi dan menumbuk daratan kita? Bagaimana pula bila lokasi jatuhnya ada di Indonesia.
Astronom amatir Ma'rufin Sudibyo dengan bantuan killerasteroid.org serta Down Earth membuat sebuah simulai. Dari simulasi itu, bila menumbuk Bumi, dampak tumbukan komet Siding Spring memang dahsyat.
Ma'rufin menerangkan, jika massa jenis inti komet dianggap 1 gram per sentimeter kubik, maka dengan diameter 700 meter dan kecepatan 56 km/detik, tumbukan bisa membentuk kawah berdiameter 5.400 meter dan kedalaman hampir 500 meter.
Saat mendarat di Bumi, bola api bersuhu 10.000 derajat Celsius berukuran 13 kilometer bakal tercipta. Goncangan setara gempa bermagnitudo 8 akan terjadi. Energi kinetik yang dilepaskan bakal mencapai 61.000 Megaton TNT atau 3 juta kali bom Hiroshima.
Dampak di Mars, debu komet bakal menyelimuti planet merah. Debu akan masuk ke atmosfer, berpotensi menimbulkan hujan meteor yang mengagumkan. Pada saat yang sama, wahana manusia yang kini berada di Mars terancam terganggu fungsinya.
Mari berandai-andai, bagaimana bila komet Siding Spring yang punya diameter 700 meter itu mendekati Bumi dan menumbuk daratan kita? Bagaimana pula bila lokasi jatuhnya ada di Indonesia.
Astronom amatir Ma'rufin Sudibyo dengan bantuan killerasteroid.org serta Down Earth membuat sebuah simulai. Dari simulasi itu, bila menumbuk Bumi, dampak tumbukan komet Siding Spring memang dahsyat.
Ma'rufin menerangkan, jika massa jenis inti komet dianggap 1 gram per sentimeter kubik, maka dengan diameter 700 meter dan kecepatan 56 km/detik, tumbukan bisa membentuk kawah berdiameter 5.400 meter dan kedalaman hampir 500 meter.
Saat mendarat di Bumi, bola api bersuhu 10.000 derajat Celsius berukuran 13 kilometer bakal tercipta. Goncangan setara gempa bermagnitudo 8 akan terjadi. Energi kinetik yang dilepaskan bakal mencapai 61.000 Megaton TNT atau 3 juta kali bom Hiroshima.
Nah, bila komet itu jatuh di Monas, Jakarta, gelombang kejut yang tercipta bakal bisa merontokkan bangunan beton hingga sejauh Merak di sebelah barat dan Karawang-Bandung di sebelah timur.
Sinar inframerah berintensitas tinggi yang dihasilkan dari tumbukan bisa membuat orang hingga Jawa tengah dan Lampung Barat mengalami luka bakar tingkat satu. Dampak serupa akan muncul di daratan mana pun komet mendarat.
Apabila komet jatuh di Samudera Hindia, maka akibatnya adalah tsunami. Berdasarkan simulasi, tsunami yang ditimbulkan minimal berketinggian 7 meter, berpotensi mengakibatkan korban jiwa dalam jumlah besar.
Dalam percakapan dengan Kompas.com, kamis (16/10/2014), Ma'rufin mengatakan, "Semakin besar energinya, semakin jauh jangkauan perusak gelombang kejutnya dan semakin jauh juga jangkauan perusak sinar inframerah intensitas tingginya."
"Kalo untuk gelombang kejut, ada fungsi jarak pangkat tiga untuk penurunan kekuatan perusaknya. Sementara untuk sinar panas atau inframerah, fungsinya jarak pangkat dua," imbuhnya.
Ini semua hanya simulasi. Kenyataannya, Siding Spring tidak akan menuju Bumi. Walau sempat diramalkan akan menumbuk Mars, komet tersebut kini hanya diprediksi lewat sangat dekat dengan planet itu.
Siding Spring ditemukan pada 3 Januari 2013 oleh Robert H McNaught. Nama Siding Spring diambil dari nama observatorium yang dipakai untuk pengamatan, Siding Spring Observatory di Australia.
| Penulis | : Yunanto Wiji Utomo |
| . |
http://sains.kompas.com/read/2014/10/16/20140541/Apa.Jadinya.bila.Komet.Sebesar.Siding.Spring.Menumbuk.Monas.
Minyak Ikan Bikin Manusia Tangguh Menghadapi Tantangan Hidup
Selasa, 18 November 2014 | 19:55 WIB
Riset yang dipresentasikan hari ini di Konferensi Gangguan Kejiwaan Dini Internasional di Jepang menyoroti teori yang menyatakan konsentrat minyak ikan, yang mengandung asam lemak omega-3, dapat membantu mencegah pembentukan gangguan kejiwaan.
Namun, masih diperlukan bukti lebih lanjut untuk mengonfirmasi hasil ini, seperti dikatakan tim peneliti internasional, termasuk Profesor Patrick McGorry dan Paul Amminger dari Pusat Penelitian Kesehatan Remaja Orygen di Universitas Melbourne.
"Jika memang benar bahwa asam lemak omega-3 dapat mencegah timbulnya gangguan seperti skizofrenia dan psikosis, dan hasilnya konsisten dengan keyakinan ini, kesimpulan ini bisa menjadi alternatif pengganti yang berharga bagi obat anti-psikotik pada tahap pengobatan dini," kata McGorry.
"Namun, asam lemak omega-3 tampaknya hanya bekerja pada tahap dini saja, sebelum tahap lanjutan dari gejala gangguan kejiwaan berkembang," katanya.
"Sekali gejala itu terbentuk, obat anti-psikotik merupakan komponen penting disertai terapi perilaku kognitif dan terapi berorientasi penyembuhan lainnya."
Riset sebelumnya mendapati orang-orang yang menderita skizofernia, bentuk lain dari gangguan kejiwaan, memiliki kadar asam lemak omega-3 yang rendah dalam sel mereka.
Asam lemak omega-3 merupakan lemak tak jenuh ganda yang terkandung dalam berbagai macam makanan, termasuk ikan "berminyak", seperti makarel, salmon, tuna, dan sarden.
Dalam uji coba, para peneliti menilai dampak dari program 12 minggu mengonsumsi tablet minyak ikan pada 81 anak muda berusia antara 13 dan 25 yang dinilai memiliki risiko tinggi mengembangkan gangguan psikotik.
Setengah dari remaja yang mengonsumsi kapsul yang mengandung konsentrat minyak ikan laut (1,2 gram per hari), sementara separuh lainnya mengambil plasebo. Kedua kelompok ini secara periodik diteliti kesehatan mentalnya selama 40 minggu berikutnya.
Pada akhir periode 12 bulan, 2 dari 41 orang yang mengambil minyak ikan mengembangkan gejala psikosis, sementara 11 pada kelompok plasebo mengembangkan gangguan psikotik.
Riset lanjutan yang dilakukan baru-baru ini menunjukkan bahwa tujuh tahun setelah percobaan aslinya, empat dari mereka yang mengonsumsi kapsul minyak ikan telah mengembangkan gangguan psikotik, dibandingkan dari kelompok plasebo yang jumlahnya mencapai 16 orang.
Mereka yang mengonsumsi minyak ikan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menghadapi tantangan dalam hidup mereka, sementara yang mengonsumsi plasebo cenderung meningkat ke tahap psikotik lebih cepat.
Diperlukan lebih banyak uji coba
Para ilmuwan belum yakin bagaimana cara kerja asam lemak omega-3, tetapi satu teori menyatakan bahwa asam lemak omega-3 mungkin dapat meningkatkan zat kimia yang disebutglutathione di lobus temporal di otak. Glutathione adalah antioksidan utama yang ada dalam sel tumbuhan dan hewan. Inilah yang membantu mencegah kerusakan yang disebabkan oleh molekul radikal bebas yang merusak.
Sifat anti-inflamasi asam lemak omega-3 mungkin juga penting. Mereka juga dikenal dapat berinteraksi dengan dopamin dan serotonin di otak, yang keduanya terkait dengan suasana hati.
"Mungkin efek neuro-protektif yang lebih umum," kata McGorry. "Kami juga sedang mempelajari asam lemak omega-3 dalam kaitannya dengan depresi."
Asam lemak omega-3 juga telah terbukti memiliki efek samping yang sangat kecil selain dari mual dan diare, dan memiliki penerimaan publik yang baik karena biayanya rendah. Demikian kata para peneliti.
Namun, meski riset ini sangat menjanjikan, para peneliti tidak dapat memastikan hasilnya sampai dilakukan dua kali percobaan ulangan ini dianalisis. Mereka berharap hasil dari uji coba itu sudah dapat diketahui hasilnya April mendatang.
| Editor | : Yunanto Wiji Utomo |
| Sumber | : ABC Australia |
Di Luar Angkasa, Rosetta Ambil "Selfie" Mengagumkan dengan "Komet Bebek"
ESA/Rosetta/Philae/CIVA
KOMPAS.com — Wahana antariksa Rosetta milik European Space Agency (ESA) mengambil foto selfie bersama 67P/Churyumov-Gerasimenko, komet yang akan didaratinya dalam waktu sebulan mendatang.
Selfie diambil pada jarak 16 kilometer dari permukaan komet 67P/CG. Untuk bisa mengambil foto itu, Rosetta memanfaatkan "sahabat misi" yang nantinya akan membantunya mendarat, yaitu Philae.
Foto diambil dengan instrumen Comet Infrared and Visible Analyser (CIVA) pada Philae, 7 Oktober 2014 lalu. Citra yang dirilis oleh ESA merupakan hasil olahan dari foto yang diambil dengan exposure panjang dan pendek.
Foto ini bakal menjadi gambar terakhir yang diambil Philae. Pada 12 November 2014, Philae akan berpisah dengan Rosetta. Wahana Rosetta akan memulai pendaratan.
Dijadwalkan, Rosetta akan sampai di permukaan komet pada 12 November 2014. ESA telah memilih tempat pendaratan Rosetta di permukaan komet yang berbentuk seperti bebek itu, bernama situs J.
Rosetta diluncurkan pada 2 Maret 2004 dengan roket Ariane 5. Nama Rosetta diambil dari Batu Rosetta, sebuah prasasti di Memphis tertanggal 196 SM terkait Raja Ptolemy V.
Di komet 67P/CG, Rosetta akan menjalankan misi selama setahun, menganalisis permukaan dan interior komet, serta melihat komposisi kimia gas yang dikeluarkannya.
Sumber :
http://sains.kompas.com/read/2014/10/15/20560841/Di.Luar.Angkasa.Rosetta.Ambil.Selfie.Mengagumkan.dengan.Komet.Bebek.
Robot Mencium Adanya Molekul Organik di Komet 67P/CG
Rabu, 19 November 2014 | 21:03 WIB
Wajah komet 67P/CG yang dipotret oleh Philae sesaat setelah mendarat di permukaannya.
KOMPAS.com — Robot berkaki tiga Philae mencium keberadaan molekul organik di komet 67P/Churyumov–Gerasimenko, senyawa penting yang menjadi basis kehidupan di Bumi.
Tim ilmuwan di pusat pengendali misi Philae di Darmstadt, Jerman, mengungkapkan, mereka belum yakin molekul yang ditemukan mengandung senyawa kompleks seperti protein. Namun, mereka yakin bahwa yang ditemukan merupakan molekul organik.
Philae adalah robot pendarat bagian dari misi wahana antariksa Rosetta yang diluncurkan pada 2004. Misi tersebut dikelola oleh Badan Antariksa Eropa, bertujuan menyelidiki komet untuk menguak asal-usul kehidupan di Bumi.
Agustus lalu, Rosetta sampai di orbit komet 67P/Cg, sementara pada Rabu (12/11/2014), Rosetta melepaskan robot pendaratnya menuju permukaan 67P/CG. Philae berhasil mendarat setelah 7 jam perjalanan, mencetak rekor sebagai robot pertama yang mendarat di permukaan komet.
Sial, kaki robot gagal berfungsi sehingga pendaratan tak mulus. Robot itu memantul tiga kali sebelum mendarat di balik sebuah tebing kecil, 1 km dari Agilkia, lokasi pendaratan yang seharusnya. Akhirnya, Philae tak mendapat sinar Matahari, low bat, dan akhirnya mati suri.
Beruntung, sebelum Philae mati suri pada Sabtu (15/11/2014), tim ilmuwan sempat melakukan pemotretan lingkungan pendaratan, analisis gas, dan melakukan pengeboran. Analisis gas dengan instrumen COSAC menghasilkan dugaan adanya molekul organik.
Pengeboran untuk mendeteksi molekul organik di bawah permukaan tanah juga berhasil. Namun, tidak jelas apakah instrumen sudah mengirimkan data kepada tim pengontrol misi sebelum Philae mati suri.
Tim ilmuwan melakukan penelitian suhu, massa jenis, dan karakteristik lain dengan sensor suhu bernama MUPUS. Namun, upaya itu gagal. Begitu menembus kedalaman 20 cm dari permukaan, instrumen bertemu dengan benda sangat keras, diprediksi sekeras es batu.
"Ini kejutan. Kami tak menyangka ada es keras di permukaan komet," kata Tilman Spohn, pimpinan tim MUPUS seperti dikutipReuters (12/11/2014). Permukaan 67P/CG ternyata tak selunak yang diduga.
Ilmuwan mengungkapkan, walaupun saat ini Philae mati suri, mereka masih optimistis misi ini akan berlanjut. Philae diprediksi bakal bisa bangkit Maret 2015 nanti setelah terpapar sinar Matahari, memungkinkan panel suryanya bekerja mengumpulkan tenaga untuk baterai-nya.
Tim ilmuwan di pusat pengendali misi Philae di Darmstadt, Jerman, mengungkapkan, mereka belum yakin molekul yang ditemukan mengandung senyawa kompleks seperti protein. Namun, mereka yakin bahwa yang ditemukan merupakan molekul organik.
Philae adalah robot pendarat bagian dari misi wahana antariksa Rosetta yang diluncurkan pada 2004. Misi tersebut dikelola oleh Badan Antariksa Eropa, bertujuan menyelidiki komet untuk menguak asal-usul kehidupan di Bumi.
Agustus lalu, Rosetta sampai di orbit komet 67P/Cg, sementara pada Rabu (12/11/2014), Rosetta melepaskan robot pendaratnya menuju permukaan 67P/CG. Philae berhasil mendarat setelah 7 jam perjalanan, mencetak rekor sebagai robot pertama yang mendarat di permukaan komet.
Sial, kaki robot gagal berfungsi sehingga pendaratan tak mulus. Robot itu memantul tiga kali sebelum mendarat di balik sebuah tebing kecil, 1 km dari Agilkia, lokasi pendaratan yang seharusnya. Akhirnya, Philae tak mendapat sinar Matahari, low bat, dan akhirnya mati suri.
Beruntung, sebelum Philae mati suri pada Sabtu (15/11/2014), tim ilmuwan sempat melakukan pemotretan lingkungan pendaratan, analisis gas, dan melakukan pengeboran. Analisis gas dengan instrumen COSAC menghasilkan dugaan adanya molekul organik.
Pengeboran untuk mendeteksi molekul organik di bawah permukaan tanah juga berhasil. Namun, tidak jelas apakah instrumen sudah mengirimkan data kepada tim pengontrol misi sebelum Philae mati suri.
Tim ilmuwan melakukan penelitian suhu, massa jenis, dan karakteristik lain dengan sensor suhu bernama MUPUS. Namun, upaya itu gagal. Begitu menembus kedalaman 20 cm dari permukaan, instrumen bertemu dengan benda sangat keras, diprediksi sekeras es batu.
"Ini kejutan. Kami tak menyangka ada es keras di permukaan komet," kata Tilman Spohn, pimpinan tim MUPUS seperti dikutipReuters (12/11/2014). Permukaan 67P/CG ternyata tak selunak yang diduga.
Ilmuwan mengungkapkan, walaupun saat ini Philae mati suri, mereka masih optimistis misi ini akan berlanjut. Philae diprediksi bakal bisa bangkit Maret 2015 nanti setelah terpapar sinar Matahari, memungkinkan panel suryanya bekerja mengumpulkan tenaga untuk baterai-nya.
sumber :
http://sains.kompas.com/read/2014/11/19/21030461/Robot.Mencium.Adanya.Molekul.Organik.di.Komet.67P.CG
Ternyata Bukan Lidah yang Menentukan Rasa Makanan
Selasa, 11 November 2014 | 15:21 WIB
KOMPAS.com — Selama ini lidah selalu dianggap sebagai organ yang menentukan rasa makanan. Ternyata anggapan itu salah.
Penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal Naturemengungkap bahwa bukan lidah yang menentukan rasa makanan, melainkan otak.
Hasil riset itu juga membantah anggapan bahwa lidah terbagi menjadi beberapa zona yang bertugas mengecap rasa tertentu.
Tak seperti yang selalu diajarkan dalam pelajaran biologi di sekolah menengah, ternyata bukan hanya ujung lidah yang bertugas mengecap rasa manis.
Yang benar, sekitar 8.000 ujung saraf pengecap pada lidah bisa menerima rangsangan rasa apa pun.
Zat kimia yang memunculkan rasa manis, asin, dan sebagainya ditangkap oleh sel di bawah ujung saraf perasa lidah yang telah mengalami spesialisasi.
Setelahnya, rangsangan itu dikirim ke otak. Meskipun belum diketahui cara otak memproses, ilmuwan meyakini bahwa otaklah yang bertanggung jawab menentukan rasa.
Untuk mengungkap peran otak dan lidah dalam mengecap, Charles Zuker dari Columbia University bersama timnya melakukan eksperimen dengan tikus.
Tikus direkayasa secara genetik sehingga akan memancarkan cahaya ketika ujung saraf perasanya teraktivasi karena menerima sinyal.
Kemudian, tikus diberi makan dengan senyawa yang memicu rasa asam, pahit, manis, asin, dan umami. Ilmuwan lalu mengamati respons otak.
Zuker dan rekannya menemukan bahwa saraf perasa di lidah teraktivasi oleh rasa apa pun. Selain itu, ilmuwan menemukan hubungan erat antara sel lidah dan otak.
"Sel-sel punya kecocokan dengan setiap rasa tertentu, jadi ada kecocokan antara sel-sel pada lidah dengan kualitas rasa yang direpresentasikan di otak," kata Zuker kepada BBC, Sabtu (8/11/2014).
Zuker percaya, penemuannya akan membantu mengatasi masalah kebanyakan orang tua yang sudah tak menikmati aktivitas makan.
Dia percaya, turunnya minat untuk makan berkaitan dengan sel-sel di lidah yang sudah tidak berfungsi dengan baik.
Dengan memahami bagaimana manusia mengecap rasa, ilmuwan bisa mengupayakan cara agar sel-sel lidah bisa ditingkatkan potensinya.
Penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal Naturemengungkap bahwa bukan lidah yang menentukan rasa makanan, melainkan otak.
Hasil riset itu juga membantah anggapan bahwa lidah terbagi menjadi beberapa zona yang bertugas mengecap rasa tertentu.
Tak seperti yang selalu diajarkan dalam pelajaran biologi di sekolah menengah, ternyata bukan hanya ujung lidah yang bertugas mengecap rasa manis.
Yang benar, sekitar 8.000 ujung saraf pengecap pada lidah bisa menerima rangsangan rasa apa pun.
Zat kimia yang memunculkan rasa manis, asin, dan sebagainya ditangkap oleh sel di bawah ujung saraf perasa lidah yang telah mengalami spesialisasi.
Setelahnya, rangsangan itu dikirim ke otak. Meskipun belum diketahui cara otak memproses, ilmuwan meyakini bahwa otaklah yang bertanggung jawab menentukan rasa.
Untuk mengungkap peran otak dan lidah dalam mengecap, Charles Zuker dari Columbia University bersama timnya melakukan eksperimen dengan tikus.
Tikus direkayasa secara genetik sehingga akan memancarkan cahaya ketika ujung saraf perasanya teraktivasi karena menerima sinyal.
Kemudian, tikus diberi makan dengan senyawa yang memicu rasa asam, pahit, manis, asin, dan umami. Ilmuwan lalu mengamati respons otak.
Zuker dan rekannya menemukan bahwa saraf perasa di lidah teraktivasi oleh rasa apa pun. Selain itu, ilmuwan menemukan hubungan erat antara sel lidah dan otak.
"Sel-sel punya kecocokan dengan setiap rasa tertentu, jadi ada kecocokan antara sel-sel pada lidah dengan kualitas rasa yang direpresentasikan di otak," kata Zuker kepada BBC, Sabtu (8/11/2014).
Zuker percaya, penemuannya akan membantu mengatasi masalah kebanyakan orang tua yang sudah tak menikmati aktivitas makan.
Dia percaya, turunnya minat untuk makan berkaitan dengan sel-sel di lidah yang sudah tidak berfungsi dengan baik.
Dengan memahami bagaimana manusia mengecap rasa, ilmuwan bisa mengupayakan cara agar sel-sel lidah bisa ditingkatkan potensinya.
sumber :
http://sains.kompas.com/read/2014/11/11/15215371/Ternyata.Bukan.Lidah.yang.Menentukan.Rasa.Makanan
Indonesia Penghasil Emisi Karbon Tertinggi Keenam di Dunia
Indonesia Penghasil Emisi Karbon Tertinggi Keenam di Dunia
Rabu, 15 Oktober 2014 | 19:55 WIB
KOMPAS.com — World Resources Institute (WRI) di Washington DC melaporkan emisi karbon dioksida (CO2) negara-negara di dunia sejak 1850 hingga 2011 lewat peta interaktif.
Peta interaktif tersebut mengungkap bahwa emisi gas rumah kaca di dunia mengalami perubahan drastis selama 160 tahun terakhir. Negara berkembang mengalami peningkatan emisi yang cukup besar.
Dilansir Daily Mail pada Jumat (3/10/2014), Tiongkok duduk sebagai negara penghasil emisi terbesar, lebih dari 10,26 miliar ton. India duduk di posisi keempat yang mengeluarkan emisi sebesar 2,4 miliar ton.
Sementara itu, Indonesia menghasilkan 2,05 miliar ton emisi, menjadikannya negara nomor enam penghasil emisi terbesar. Brasil duduk di peringkat ketujuh dengan 1,419 miliar ton.
Total emisi CO2 dunia sebesar 46 miliar ton. Tahun 1990-an, sekitar dua pertiga dari emisi CO2 berasal dari negara-negara maju. Kini, emisi negara berkembang mulai meningkat.
Emisi negara maju tak bisa dibilang menurun. Amerika menjadi penghasil emisi terbesar kedua dengan total 6,2 miliar ton, sedangkan Uni Eropa di posisi kedua terbesar dengan 4,3 miliar ton.
Lalu, Rusia menghasilkan 2,2 miliar ton emisi karbon. Jepang di posisi delapan dengan 1,17 miliar CO2. Sementara itu, Kanada berada di posisi kesembilan dengan 847 juta ton karbon, disusul Jerman berada di urutan ke-10 dengan 806 juta ton.
WRI menggunakan WRI Ciat 2.0 untuk mengolah data dari pemerintah, lembaga riset, dan badan internasional yang mengukur emisi gas rumah kaca dari tahun 1990 hingga 2011.
Peta interaktif tersebut mengungkap bahwa emisi gas rumah kaca di dunia mengalami perubahan drastis selama 160 tahun terakhir. Negara berkembang mengalami peningkatan emisi yang cukup besar.
Dilansir Daily Mail pada Jumat (3/10/2014), Tiongkok duduk sebagai negara penghasil emisi terbesar, lebih dari 10,26 miliar ton. India duduk di posisi keempat yang mengeluarkan emisi sebesar 2,4 miliar ton.
Sementara itu, Indonesia menghasilkan 2,05 miliar ton emisi, menjadikannya negara nomor enam penghasil emisi terbesar. Brasil duduk di peringkat ketujuh dengan 1,419 miliar ton.
Total emisi CO2 dunia sebesar 46 miliar ton. Tahun 1990-an, sekitar dua pertiga dari emisi CO2 berasal dari negara-negara maju. Kini, emisi negara berkembang mulai meningkat.
Emisi negara maju tak bisa dibilang menurun. Amerika menjadi penghasil emisi terbesar kedua dengan total 6,2 miliar ton, sedangkan Uni Eropa di posisi kedua terbesar dengan 4,3 miliar ton.
Lalu, Rusia menghasilkan 2,2 miliar ton emisi karbon. Jepang di posisi delapan dengan 1,17 miliar CO2. Sementara itu, Kanada berada di posisi kesembilan dengan 847 juta ton karbon, disusul Jerman berada di urutan ke-10 dengan 806 juta ton.
WRI menggunakan WRI Ciat 2.0 untuk mengolah data dari pemerintah, lembaga riset, dan badan internasional yang mengukur emisi gas rumah kaca dari tahun 1990 hingga 2011.
sumber :
http://sains.kompas.com/read/2014/10/15/19551581/Indonesia.Penghasil.Emisi.Karbon.Tertinggi.Keenam.di.Dunia
http://sains.kompas.com/read/2014/10/15/19551581/Indonesia.Penghasil.Emisi.Karbon.Tertinggi.Keenam.di.Dunia
Memakai Facebook, Ilmuwan Teliti Perilaku Reptil Ganas
Buaya Air Asin.
KOMPAS.com — Buaya dan aligator memiliki kemampuan kerja sama yang tinggi seperti manusia. Hal itu terungkap dalam hasil riset perilaku buaya yang dipublikasi di jurnal Ethology, Ecology and Evolution.
Penelitian yang dipimpin oleh Vladimir Dinets dari Departemen Psikologi, Universitas Tennessee, itu mengungkap bahwa buaya dan aligator menunjukkan kemampuan kerja sama saat menyerang mangsa.
Dalam satu kasus, sekelompok buaya akan mengepung kawanan ikan. Perlahan, buaya akan merapat sehingga kawanan ikan terpaksa memampatkan koloni, membentuk serupa bola. Akhirnya, buaya menyambar ikan dari tengah.
Pada aligator, jika ukurannya berbeda satu sama lain, mereka akan berbagi peran. Yang lebih besar menyerang ikan dari dalam. Sementara yang lebih kecil akan berjaga-jaga mencegah mangsa lari.
Di kasus lain, seekor buaya air asin akan menakuti babi yang menyeberang sebuah danau, sementara buaya air asin lain bakal berjaga-jaga untuk menyerbu tiba-tiba.
"Observasi ini menunjukkan, buaya termasuk pemangsa selektif. Cuma 20 atau lebih hewan, termasuk manusia, yang bisa mengoordinasikan aksi dengan cara yang mengagumkan sesuai keahlian individu," ungkap Dinets.
"Mereka mungkin spesies yang punya kecakapan berburu tertinggi setelah manusia," imbuh Dinets seperti dikutip situs Science Daily pada Rabu (15/10/2014).
Satu hal unik dalam riset ini adalah bahwa peneliti menggunakan Facebook. Sebabnya, pengamatan langsung perilaku buaya sangat berbahaya. Di samping itu, menjumpai buaya yang sedang memangsa cukup sulit dan makannya pun pada malam hari.
Dinets mengumpulkan dokumentasi dari para amatir dan ilmuwan. Ia juga menganalisis catatan harian para ilmuwan yang mengamati buaya. Total, ia melakukan 3.000 jam observasi.
Dari sejumlah data yang dikumpulkan, data pengamatan tertua berasal dari abad ke-19. Meski usia data beragam, hasil pengamatan konsisten menunjukkan bahwa buaya mempunyai kemampuan koordinasi dan kolaborasi.
sumber :
http://sains.kompas.com/read/2014/10/15/19114711/Memakai.Facebook.Ilmuwan.Teliti.Perilaku.Reptil.Ganas
Arkeolog Indonesia Masuk dalam Daftar Ilmuwan Paling Berpengaruh di Dunia
The World's Most Influential Scientific Minds 2014
KOMPAS.com — Empat arkeolog Indonesia masuk dalam daftar ilmuwan paling berpengaruh di dunia untuk bidang ilmu sosial. Oleh Thomson Reuters, mereka dimasukkan dalam daftar The World's Most Influential Scientific Minds 2014.
Para arkeolog yang masuk daftar tersebut adalah Rokus Awe Due, Jatmiko, E Wahyu Saptomo, dan Thomas Sutikna. Semuanya dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) di Jakarta.
Dalam keterangan yang dirilis baru-baru ini, Thomson Reuters menyatakan, mereka menilai arkeolog-arkeolog tersebut berdasarkan publikasi penelitiannya serta pengaruhnya dalam keilmuan masing-masing.
Thomson Reuters memakai InCites Essential Science Indicators, metode yang dikembangkan institusi tersebut untuk menganalisis pengaruh lebih dari 3.000 ilmuwan dalam 21 bidang ilmu alam dan sosial di dunia.
Pengaruh dilihat dari jumlah publikasi penelitian tiap-tiap ilmuwan. Selain itu, pengaruh juga dilihat dengan mempertimbangkan jumlah peneliti lain yang mengutip publikasi penelitian ilmuwan yang dimaksud.
Masuk dalam daftar The World's Most Influential Scientific Minds 2014,empat arkeolog asal Indonesia itu menjadi ilmuwan yang publikasinya paling hot dan paling banyak dikutip dalam satu dekade terakhir.
Saptomo lewat pesan singkat kepada Kompas.com pada Minggu (15/12/2014) mengatakan, "Semua berkat penemuan Homo floresiensis(manusia kerdil dari Flores yang ditemukan di Liang Bua)."
Penemuan itu dimuat di Nature edisi 27 Oktober 2004. Manusia kerdil Flores saat itu dinyatakan sebagai spesies manusia purba yang berbeda, tetapi kemudian muncul kontroversi. Beberapa ilmuwan mengatakan, H floresiensis adalah manusia yang mengalami kekerdilan.
Saptomo berharap, masuknya dirinya dalam daftar ilmuwan paling berpengaruh itu bisa membuat pemerintah mengakui pentingnya temuan H floresiensis. "Mudah-mudahan pemerintah dapat segera membangun museum untuk H floresiensis di Manggarai," katanya.
Thomson Reuters juga membuat daftar ilmuwan paling berpengaruh dalam bidang biologi, lingkungan, kedokteran, keantariksaan, dan lainnya. Ilmuwan yang menggeluti genetika dan ilmu material adalah yang paling hotdan paling banyak dikutip.
sumber :
http://sains.kompas.com/read/2014/12/15/09175191/Arkeolog.Indonesia.Masuk.dalam.Daftar.Ilmuwan.Paling.Berpengaruh.di.Dunia
Langganan:
Komentar (Atom)