Selasa, 16 Desember 2014

Sebulan, 206 Kali Sinabung Semburkan Awan Panas

Selasa, 4 November 2014 | 21:29 WIB

Gunung Sinabung mengeluarkan lava pijar bersama guguran awan panas terlihat dari Desa Tiga Pancur, Tanah Karo, Sumut, Kamis (10/9/2014). Aktivitas Gunung Sinabung sepekan terakhir masih mengalami peningkatan ditandai dengan keluarnya lava pijar dan guguran awan panas.
KOMPAS.com - Aktivitas Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, belum menunjukkan tanda mereda. Sebulan terakhir, Pos Pengamatan Erupsi Gunung Sinabung mencatat 206 kali guguran awan panas dengan panjang 500-4.500 meter.

Kepala Pos Pengamatan Gunung Sinabung Armen Purba yang dihubungi dari Medan, Senin (3/11/2014), mengatakan, penghitungan dilakukan sejak 5 Oktober hingga Senin pukul 18.00. ”Aktivitas menunjukkan Sinabung masih produktif,” katanya.

Aktivitas yang tinggi itu menjadikan suara gemuruh terus terjadi dan terdengar warga di sekeliling Sinabung. Suara gemuruh Senin kemarin bahkan terdengar hingga Pos Pengamatan Gunung Sinabung, sekitar 6 kilometer dari puncak.

Kepala Subbidang Pengawasan dan Penyelidikan Gunung Api Wilayah Barat Hendra Gunawan mengatakan, awan panas guguran Oktober-November ini berbeda pola dengan Januari lalu saat status Sinabung Awas.

Awan panas terjadi karena pembentukan kubah lava di bibir kawah. Begitu ada penambahan lava, terjadi guguran. Aktivitas juga relatif menurun dibandingkan Januari. Data juga menunjukkan deformasi gunung stabil.

Itu berbeda dengan pola awan panas Januari lalu ketika awan panas muncul dibarengi pembentukan lidah lava. Pertumbuhan kubah lava saat itu tinggi dan intensitasnya bisa 80 kali sehari. Dua minggu terakhir, rata-rata kurang dari 10 kali sehari.

”Sampai hari ini, pola Sinabung masih kami amati. Kami belum tahu seperti apa karena Sinabung baru aktif tahun 2010,” tutur Hendra. Sementara tahun lalu terjadi letusan eksplosif yang didahului letusan freatik. Hingga kini, Pemerintah Kabupaten Karo masih menetapkan masa tanggap darurat erupsi Sinabung hingga 19 November 2014.

Sementara itu pembangunan akses masuk ke lokasi relokasi bagi 370 keluarga warga Desa Sukameriah, Bekerah, dan Simacem pada radius 3 kilometer dari puncak di kawasan Siosar, Kecamatan Merek, sudah berlangsung. TNI mendatangkan peralatan pembuka jalan.

Besok Rabu, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Letnan Jenderal Gatot Nurmantyo akan membuka resmi TNI Manunggal Masuk Desa untuk membangun akses masuk relokasi di Bukit Duaribu, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo. (WSI/KOMPAS CETAK)
sumber : http://sains.kompas.com/read/2014/11/04/21294191/Sebulan.206.Kali.Sinabung.Semburkan.Awan.Panas

Editor: Yunanto Wiji Utomo

Alam Semesta Kaya Bintang Tunawisma

Jumat, 7 November 2014 | 20:23 WIB
NASACitra alam semesta paling berwarna, diambil dengan teleskop Hubble.
KOMPAS.com — Selama ini, ilmuwan cenderung menganggap bahwa zona antar-galaksi adalah ruang kosong tanpa bintang. Kini, ilmuwan terpaksa mengubah pandangannya.

Riset terbaru yang dipublikasikan di jurnal Science, Jumat (7/11/2014), menunjukkan bahwa ada bintang-bintang yang tak berumah berada di zona antar-galaksi.

"Mungkin juga ada manusia di sana," kata Harvey Moseley, astrofisikawan Goddard Space Flight Center, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), yang terlibat dalam riset.

Kesimpulan bahwa zona antar-galaksi juga kaya bintang didapatkan setelah astronom menganalisis data misi Cosmic Infrared Background Survey (CIBER) antara tahun 2010-2012.

Wahana CIBER diterbangkan ke luar angkasa dan diberi tugas mengintai lima petak area di angkasa, masing-masing selama semenit, guna mengumpulkan sebanyak mungkin cahaya kosmos.

Untuk mengatasi bias hasil pengamatan karena faktor waktu penerbangan misi, CIBER melakukan misi pengintaiannya beberapa kali dalam setahun.

CIBER sendiri memang dirancang untuk melihat fluktuasi cahaya inframerah yang berguna untuk mengetahui galaksi-galaksi pertama di alam semesta.

Cahaya dari galaksi-galaksi awal di alam semesta punya panjang gelombang mendekati inframerah sebab pengaruh semesta yang mengembang.

Saat menganalisis data CIBER, Moseley, Michael Zemcov dari California Institute of Technology (Caltech) yang memimpin riset, dan rekannya Jamie Bock merasa terkejut.

Mereka mendapati, cahaya yang datang ternyata tak cukup mendekati inframerah. Dengan demikian, sulit untuk mengatakan bahwa cahaya itu berasal dari galaksi yang tua.

Bock berargumen, cahaya itu berasal dari galaksi yang lebih modern dan letaknya lebih dekat dengan Bimasakti.

Ilmuwan kemudian menganalisis data lagi. Hasilnya, cahaya yang ada ternyata lebih banyak dari galaksi yang telah diketahui saat ini.

Artinya, cahaya itu memang berasal dari ruang antar-galaksi, dari bintang-bintang yang mengambang di sana.

"Bintang-bintang itu menghasilkan cahaya kosmos yang sama banyak dengan galaksi. Ini mengagumkan," ungkap Bock seperti dikutip Nature, Kamis (6/11/2014).

Bock menduga, bintang-bintang itu sebelumnya ada di dalam galaksi. Namun, karena tabrakan antar-galaksi yang sering terjadi di alam semesta, bintang itu terlempar keluar.

"Jika ini benar, maka ada populasi besar bintang di zona antar-galaksi. Namun, karena sangat redup, kita hanya bisa melihat mereka dalam jumlah besar sekaligus," kata Moseley.

Bock akan menindaklanjuti temuannya dengan menganalisis data CIBER2 yang mengumpulkan cahaya tampak. Ia berharap, data bakal bisa mengungkap jenis bintang yang ada di zona antar-galaksi.
sumber :
http://sains.kompas.com/read/2014/11/07/20232521/Alam.Semesta.Kaya.Bintang.Tunawisma
Penulis: Yunanto Wiji Utomo
Editor: Yunanto Wiji Utomo

Ilmuwan Jepang Sukses "Sulap" Tikus Jadi Transparan

Jumat, 7 November 2014 | 21:21 WIB
AFPTikus transparan yang diciptakan oleh ilmuwan dari Riken Institute, Jepang.
KOMPAS.com — Ilmuwan Jepang sukses membuat tikus menjadi transparan dengan menghilangkan pigmen yang memengaruhi warna jaringan hewan itu.

Kazuki Tainaka, pemimpin proyek ini, mengatakan bahwa keberhasilan ini akan mendukung penelitian tentang perkembangan embrio, kanker, dan organ dalam.

Embrio, kanker, dan organ dalam bisa dipelajari dalam tiga dimensi tanpa melakukan prosedur pembedahan yang selama ini selalu dilakukan.

Untuk menyulap tikus menjadi transparan, Tainaka dan rekannya dari University of Tokyo dan Japan Science and Technology Agency fokus pada molekul bernama heme.

Heme adalah salah satu penyusun senyawa hemoglobin, pigmen yang membuat darat berwarna merah sekaligus berperan mengangkut oksigen ke sel.

Ilmuwan menyuntikkan cairan dengan kadar garam tinggi, membiarkannya disirkulasikan ke seluruh tubuh tikus lewat jantung. Cairan bakal membuat darah keluar dari pembuluh.

Setelahnya, tikus direndam selama 2 minggu dalam zat kimia yang akan memecah hemoglobin menjadi heme dan globin. Pemecahan bakal membuat tikus menjadi transparan.

Untuk menganalisis organ atau jaringan kanker, ilmuwan bisa menggunakan laser. Laser menembus organ, membuat ilmuwan mampu melihat strukturnya dengan detail.

Tainaka mengatakan, "Mikroskop membuat kita mampu mengamati dengan detail, tetapi juga menghilangkan konteks dari apa yang kita amati."

Dikutip Japan Times, Jumat (7/11/2014), Tainaka mengatakan, metode ini "memungkinkan kita melihat gambarannya lebih besar".

Hiroki Ueda, ilmuwan yang juga terlibat riset ini, mengatakan bahwa metode ini bisa dipakai untuk mempelajari perkembangan embrio, kanker, dan penyakit autoimun.

Diharapkan, dengan metode ini, ilmuwan bisa mengembangkan pengobatan penyakit secara lebih baik.

"Ini juga bisa membantu kita mewujudkan mimpi, membangun sistem biologi dalam level organisme berbasis pada pencitraan seluruh tubuh pada tingkat sel," kata Ueda.
sumber : 
http://sains.kompas.com/read/2014/11/07/21211911/Ilmuwan.Jepang.Sukses.Sulap.Tikus.Jadi.Transparan
Penulis: Yunanto Wiji Utomo
Editor: Yunanto Wiji Utomo

Lalat yang Ini Bermanfaat

Sabtu, 15 November 2014 | 17:07 WIB
ShutterstockLalat hitam alias Hermetia illucens yang bisa dipakai untuk pengolahan sampah organik.
BANDARLAMPUNG, KOMPAS.com - PT Gunung Madu Plantation (GMP) Lampung menjadi tuan rumah uji coba mengolahan sampah sisa perkebunan dengan menggunakan tentara lalat hitam (Hermetia illucens) atau lebih dikenal biokonversi black soldier fly (BSF).

"Sampah yang diolah oleh lalat mampu tereduksi sebanyak 80 persen, sisanya akan menjadi larva yang mengandung protein tinggi," kata peneliti BSF Agus Pakpahan, Sabtu (15/11/2014). Dia mengatakan, pengolahan sampah sisa perkebunan memakai teknik biokonversi BSF ini baru kali pertama terlaksana di Lampung..

Menurut Agus, larva lalat yang dihasilkan teknik tersebut dapat dijadikan pakan ternak berprotein tinggi. Adapun bangkai lalat itu dapat dimanfaatkan menjadi bahan bio-plastik, farmasi, dan untuk bahan pembuatan kosmetik.

Sementara itu, Manajer Umum dan Keuangan PT GMP Lampung Gunamarwan, menambahkan, dalam sekali panen perusahaannya menghasilkan 80.000 ton sisa olahan tebu alias blotong. Dia menyambut baik uji coba biokonversi BSF ini, terlebih lagi didapatkan perbaikan kondisi lahan yang signifikan setelah uji coba itu.

"Hasil uji coba metoda biokonversi BSF ini membuktikan mampu meningkatkan (kandungan) nitrogen (tanah) yang semula 0,2 meningkat menjadi 1,2 persen. Selain itu tanah lebih remah dan lapisan olah yang semula 10 cm menjadi 14 cm," tutur Gunamarman.

Selain dipakai untuk menangani blotong, lanjut Gunamarman, pelahan perusahaan itu membiasakan karyawannya memisahkan sampah organik dan anorganik. Sampah organik akan turut diolah menggunakan lalat ini.

Penulis: Kontributor Lampung, Eni Muslihah
Editor: Palupi Annisa Auliani

Rahasia Tidur Nyenyak Ditemukan oleh Ilmuwan Indonesia


KOMPAS.com — Berusaha menutup mata tetapi tetap juga tak bisa tertidur. Begitu terlelap sebentar, ada saja yang lantas membangunkan hingga akhirnya berjuang lagi hanya untuk bisa tidur.

Itu yang mungkin sering dialami banyak orang di perkotaan. Setelah minimal 8 jam bekerja mencari uang, ternyata malamnya masih harus berperang melawan kondisi terjaga agar besok harinya bisa beraktivitas dengan lancar.

Sesuatu yang dibutuhkan banyak orang perkotaan mungkin rahasia untuk tidur nyenyak dan berkualitas. Baru-baru ini, Taruna Ikrar, seorang pakar ilmu saraf asal Indonesia yang kini mengajar dan meneliti di University of California, Irvine, menemukannya.

Dalam publikasinya di Journal Physiology baru-baru ini, Taruna menguraikan bahwa kualitas tidur sangat dipengaruhi oleh keseimbangan hormon, terutama kadar melanin-concentrating hormone (MCH).

Taruna dan timnya melakukan eksperimen dengan tikus yang sudah direkayasa secara genetik.
Rekayasa membuat tikus punya label protein khusus, ZsGreen1 Fluorescent Protein, pada ujung sel saraf penerima rangsang yang mengandung H3R (Histamine Reseptor Nomor 3)

ZsGreen1 adalah protein spesifik berwarna hijau yang bisa merekam kerja sel saraf yang berperan dalam aktivitas terkait senyawa histamin. H3R sendiri adalah ujung sel saraf yang bertugas menerima rangsangan untuk tidur.

Setelah direkayasa secaras genetik, tikus kemudian diinduksi dengan hormon MCH. Tikus lalu diamati dengan laser Photostimulation. Aktivitas sel saraf dipantau secara langsung dengan bantuan elektroda yang telah dipasang pada otak.

"Tikus yang diinduksi dengan MCH dan diberi histamin jenis H3R memperlihatkan aktivitas lebih rendah, lebih mudah tertidur, dan memperlihatkan kondisi kurang aktif jika dibandingkan dengan tikus yang tidak diinduksi," ujar Taruna menguraikan hasilnya.

Berdasarkan hasil penelitian itu, Taruna mengatakan, rahasia untuk tidur nyenyak adalah menjaga keseimbangan aktivitas hormonal tubuh, khususnya MCH, serta menjaga kadar senyawa histamin.

"Keseimbangan tersebut menjadi kunci peningkatan kualitas tidur, dan sekaligus menjadi faktor yang sangat penting terhadap kualitas kehidupan dan kesehatan seseorang," urainya kepadaKompas.com, Sabtu (15/11/2014).

Salah satu kunci untuk menjaga keseimbangan hormon adalah menjaga makanan, berat badan, dan melakukan aktivitas olahraga secara rutin. Konsumsi air sangat memengaruhi keseimbangan MCH.

Manfaat lain dari penemuan ini adalah adanya cara baru untuk membantu orang yang mengalami gangguan tidur. 

"Manusia sehat yang mengalami gangguan tidur dapat diobati dengan memberikan obat secara khusus yang memengaruhi reseptor histamin di otak, khususnya reseptor histamin nomor 3 (H3R) sehingga gangguan tidur pada orang tersebut dapat diperbaiki, demikian juga bisa mencegah berbagai efek negatif dari kekurangan tidur," ujar Taruna.

sumber :
http://sains.kompas.com/read/2014/11/17/20272971/Rahasia.Tidur.Nyenyak.Ditemukan.oleh.Ilmuwan.Indonesia

Perasaan Ada Hantu Terletak di Pikiran

Senin, 10 November 2014 | 04:45 WIB
AFP PHOTO / MANAN VATSYAYANAWarga etnis Tionghoa berdoa di depan patung Dewa Da Shi Ye selama Festival Hantu Lapar di Kuala Lumpur, Minggu (10/8/2014). Festival diselenggarakan pada lunar ketujuh kalender tahun baru China di kalangan masyarakat selatan China, Malaysia, Indonesia, Singapura, Hongkong, dan Taiwan.
KOMPAS.com — Perasaan adanya hantu—sebuah rasa bahwa seseorang ada di dekat Anda ketika tidak ada seorang pun di ruangan—terletak di pikiran, ungkap sebuah penelitian.

Para ilmuwan mengatakan, mereka telah mengidentifikasi bagian otak yang bertanggung jawab untuk menghasilkan sensasi-sensasi seram.

Dr Giulio Rognini dari Swiss Federal Institute of Technology (EPFL) mengatakan, "Sensasi tersebut sangat jelas. Mereka merasa kehadiran seseorang, tetapi tidak bisa melihatnya."

Dia mengatakan, perasaan seperti itu umum dirasakan oleh mereka yang mengalami kondisi ekstrem, seperti pendaki gunung dan penjelajah serta orang-orang dengan beberapa kondisi neurologis.

Para peneliti meneliti otak dari 12 orang dengan gangguan saraf yang telah dilaporkan merasakan kehadiran hantu.

Mereka menemukan bahwa semua pasien tersebut memiliki beberapa jenis kerusakan di bagian otak yang berhubungan dengan kesadaran diri, gerakan, dan posisi tubuh dalam ruangan.

Otak menjadi bingung

Dalam penelitian lanjutan, para ilmuwan meneliti 48 relawan yang sehat, yang sebelumnya tidak mengalami aktivitas paranormal, dan merancang percobaan untuk mengubah sinyal saraf di wilayah-wilayah tersebut pada otak mereka.

Mereka menutup mata para relawan dan meminta mereka untuk memanipulasi robot dengan tangan mereka. Ketika mereka melakukan ini, robot lain mengikuti gerakan-gerakan ini di punggung para relawan.

Ketika gerakan terjadi di bagian depan dan belakang tubuh relawan pada waktu yang sama, mereka tidak melaporkan ada yang aneh.

Namun, ketika ada jeda antara waktu gerakan, sepertiga dari peserta melaporkan ada kehadiran hantu di ruangan, dan beberapa merasa ada hingga empat penampakan di sana.

Dua dari partisipan merasa sensasi tersebut sangat aneh sehingga meminta agar percobaan dihentikan.

Para peneliti mengatakan bahwa interaksi yang aneh dengan robot untuk sementara mengubah fungsi otak di daerah yang terkait dengan kesadaran diri dan persepsi posisi tubuh.

Tim peneliti percaya ketika orang merasakan kehadiran hantu, otak menjadi bingung: otak salah memahami posisi tubuh dan mengidentifikasi itu sebagai tubuh orang lain.

Hasil penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Current Biology.

Editor: Hindra Liauw
SumberBBC Indonesia